Banyak pendapat dari masing-masing kalangan mengenai ujian nasional.Ada yang menyatakan perlu ada juga yang tidak setuju diselenggarakannya ujian nasional,lalu bagaimana?kalo menurut gua pribadi sih perlu,tapi adilkah? mungkin selama ini permasalahan dari uan yaitu adalh hany pertentangan antara ketidak adilan yang dialami pihak satu dan pihak yang lainnya,KENAPA?
Yaa.......UAN sekarang dengan mata telanjang kita bisa melihat pasti yang menjadi objek pertama dan paling besar memanggul hasil/nilai uan adalah "Murid itu sendiri".Tekanan-tekanan yang berasal dari lingkungan dan orang tua sendiri mebuat seorang "individual" yang dikatakan belum dewasa tertekan sangat hebat,makanya ada beberapa yang sampai bunuh diri.tragis...
Kenapa kita harus meletakkan anak kecil atau remaja memikul beban itu sendiri?kenapa?kasihan bukan?padahal UAN juga bukan value/nilai yang penting untuk seseorang dalam hidupnya bukan?tapi hanya saja UAN membukakan jalan agar dapat menemui nilai yang penting untuk hidup,misalnya jurusan yang diinginkan misalnya?tapi tidak jarang atau mungkin banyak yang sukses tanpa itu semua.
Balik lagi...oleh karenanya sangat tidak adil jika hanya yang dibebankan adalah anak muridnya.Bagaimana pengajarnya?
Seharusnya yang harus menanggung beban itu semua adalah "SEKOLAH".Loh??
Karena disekolahlah para pelakunya berada dan untuk itulah sistem UAN dibuat.Adilkan?
Sehingga dapat dilakukan "eleminasi secara besar-besaran" baik dari guru maupun siswa.
Bagaimana nasib murid yang dieleminasi karena nilainya jelek ataupun tidak lulus?itu makin tidak adillah
Hei-hei.......siapa bilang mereka di eleminasi,yang dieleminasi adalah anak anak yaang sudah tidak mau dididik alias yang nakal,atau suka melanggar-melanggar peraturan sekolah tapi yang tingkatnya sudah tidak bisa dimaafkan lagi apalagi melanggar peraturan pidana.
Kok gitu?bagaimana hak mereka belajar?
Untuk apa ? toh kalo emang dasarnya engga mau belajar,walaupun gurunya sepintar apapun atau menggunakan metode apapun tidak akan bisa berhasil,masih banyak di luar sana anak yang mau belajar.Tapi tetap di perhatikan peningktan mutu bimbingan konseling agar menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi murid
Untuk apa buang-buang APBN buat yang seperti itu,sia-sia namanya....
tambahan .....
,kasian murid-murid ....harusnya yang udah di ujiin di UAN ga usah di uji juga pas UAS bayangin aja kan capek harus belajar dua kali,bukan meringankan malah memberatkan..
Terus kalo dilihat YANG GUA RASA KALO SMA GA USAH ADA UAN ,soalnya lebih baik fokus ke SNMPTN atau masuk keperguruan tinggi,soalnya nilai UAN YANG BAGUS TIDAK MENJAMIN MASUK KE PERGURUAN TINGGI FAVORIT........
Bener-bener yang gu rasain,udah belajar buat UAS,terus UAN,Terus snmptn ,ENEG......
Lalu......pengajarnya?? bisa dibilang sekarang banyak guru-guru yang tercipta tetapi mutu atau kualitasnya malah mundur.......ya bisa dibilang tidak bisa disalahkan kalau mutunya mundur,kan masih bisa diberi pelatihan agar menjadi lebih baik,ya kan?terus permasalahannya adalah dimana ada beberapa oknum yang setengah-setengah dalam mengajar,sudah tidak bisa mengajar,tidak sungguh-sungguh lagi bisa di bilang setengah hati....
---gimana kalau lo nanya sesuatu yang enggak lo ngerti malah diremehin....masa gitu aja engga ngerti? yakin lo mau nannya lagi?
---gimana kalo gurunya itu sendiri engga memberikan pemahaman ke murid,alias cuma cuap-cuap yang ada dibuku?haduh.......itu sih bisa baca sendiri.
(gua sih ngerasa beberapa guru gua ada kok yang tetep ngajarin atau memberikan pemahaman terus membimbing kita saat ada soal yang engga dimengerti )
---tau sistem yang guru ngajarin materi tapi diganti murid belajar sendiri?
jadi deh kegiatan presentasi kelompok,gurunya cuma ngasih materi kelompok terus ceritanya kita diajarin kelompok lain yang belum tentu mereka tau atau menguasai materi terus gurunya ongkang-ongkang kaki ngeliatin doang? terus nanti kerjaannya cuma bikin soal doang?
terus guru yang tugasnya mencerdaskan anak bangsa akan beralih menjadi guru sebagai pembuat soal anak bangsa...
---Sistem pukul rata....
sistem yang murid belajar sendiri juga tidak dibenarkan melepas murid-murid sepenuhnya."mereka"seharusnya tetap memberikan materi sehingga dapat memicu keingintahuan murid agar bangkit sehingga ada keingininan mempelajari hal tersebut.
Pikir aja!!!dipukul rata gua rasa lebih efektif kalo digunakan di pelajaran yang bukan hitung-hitungan,INGAT YANG BUKAN HITUNG - HITUNGAN!!! karena yang berkaitan dengan hitung-hitungan membutuhkan hafalan,penalaran,pemahaman,dan pengaplikasian.tidak seperti yang non hitung-hitungan yang cuma hafalan,pemahaman dan pengaplikasian.Masa anak kecil atau remaja yang bagian penalaran materinya mau dilepas ? belajar di bimbel? kalo gitu aja bubarin sekolahan belajar sana ke bimbel!!
Nah kasian juga yang bagian ini anak jurusan Teknik.....Kan mau ada pasar bebas ASEAN,padahal kalo mau dapet sertifikat atau bisa setara untuk bekerja secara bebas atau internasional,
khusus untuk jurusan teknik arsitektur persyaratan minimal pendidikannya 5 tahun,nah loh padahal sistem kita kan kan dipukul rata jadi 4 tahun selesai??(beda arti kalo yang ga lulus-lulus loh! )
tapi untungnya ada IAI,tapi kayaknya hanya beberapa perguruan yang bisa mudah ke sana untuk menambah yang satu tahun lagi....
balik lagi......
terus yang menjadi tulang punggungnya,yaitu pemerintahannya harus sungguh -sungguh.karena bagaimanapun tanpa tulang punggung tubuh juga engga akan bisa tegak.ya kan?
Yaa.......UAN sekarang dengan mata telanjang kita bisa melihat pasti yang menjadi objek pertama dan paling besar memanggul hasil/nilai uan adalah "Murid itu sendiri".Tekanan-tekanan yang berasal dari lingkungan dan orang tua sendiri mebuat seorang "individual" yang dikatakan belum dewasa tertekan sangat hebat,makanya ada beberapa yang sampai bunuh diri.tragis...
Kenapa kita harus meletakkan anak kecil atau remaja memikul beban itu sendiri?kenapa?kasihan bukan?padahal UAN juga bukan value/nilai yang penting untuk seseorang dalam hidupnya bukan?tapi hanya saja UAN membukakan jalan agar dapat menemui nilai yang penting untuk hidup,misalnya jurusan yang diinginkan misalnya?tapi tidak jarang atau mungkin banyak yang sukses tanpa itu semua.
Balik lagi...oleh karenanya sangat tidak adil jika hanya yang dibebankan adalah anak muridnya.Bagaimana pengajarnya?
Seharusnya yang harus menanggung beban itu semua adalah "SEKOLAH".Loh??
Karena disekolahlah para pelakunya berada dan untuk itulah sistem UAN dibuat.Adilkan?
Sehingga dapat dilakukan "eleminasi secara besar-besaran" baik dari guru maupun siswa.
Bagaimana nasib murid yang dieleminasi karena nilainya jelek ataupun tidak lulus?itu makin tidak adillah
Hei-hei.......siapa bilang mereka di eleminasi,yang dieleminasi adalah anak anak yaang sudah tidak mau dididik alias yang nakal,atau suka melanggar-melanggar peraturan sekolah tapi yang tingkatnya sudah tidak bisa dimaafkan lagi apalagi melanggar peraturan pidana.
Kok gitu?bagaimana hak mereka belajar?
Untuk apa ? toh kalo emang dasarnya engga mau belajar,walaupun gurunya sepintar apapun atau menggunakan metode apapun tidak akan bisa berhasil,masih banyak di luar sana anak yang mau belajar.Tapi tetap di perhatikan peningktan mutu bimbingan konseling agar menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi murid
Untuk apa buang-buang APBN buat yang seperti itu,sia-sia namanya....
tambahan .....
,kasian murid-murid ....harusnya yang udah di ujiin di UAN ga usah di uji juga pas UAS bayangin aja kan capek harus belajar dua kali,bukan meringankan malah memberatkan..
Terus kalo dilihat YANG GUA RASA KALO SMA GA USAH ADA UAN ,soalnya lebih baik fokus ke SNMPTN atau masuk keperguruan tinggi,soalnya nilai UAN YANG BAGUS TIDAK MENJAMIN MASUK KE PERGURUAN TINGGI FAVORIT........
Bener-bener yang gu rasain,udah belajar buat UAS,terus UAN,Terus snmptn ,ENEG......
Lalu......pengajarnya?? bisa dibilang sekarang banyak guru-guru yang tercipta tetapi mutu atau kualitasnya malah mundur.......ya bisa dibilang tidak bisa disalahkan kalau mutunya mundur,kan masih bisa diberi pelatihan agar menjadi lebih baik,ya kan?terus permasalahannya adalah dimana ada beberapa oknum yang setengah-setengah dalam mengajar,sudah tidak bisa mengajar,tidak sungguh-sungguh lagi bisa di bilang setengah hati....
---gimana kalau lo nanya sesuatu yang enggak lo ngerti malah diremehin....masa gitu aja engga ngerti? yakin lo mau nannya lagi?
---gimana kalo gurunya itu sendiri engga memberikan pemahaman ke murid,alias cuma cuap-cuap yang ada dibuku?haduh.......itu sih bisa baca sendiri.
(gua sih ngerasa beberapa guru gua ada kok yang tetep ngajarin atau memberikan pemahaman terus membimbing kita saat ada soal yang engga dimengerti )
---tau sistem yang guru ngajarin materi tapi diganti murid belajar sendiri?
jadi deh kegiatan presentasi kelompok,gurunya cuma ngasih materi kelompok terus ceritanya kita diajarin kelompok lain yang belum tentu mereka tau atau menguasai materi terus gurunya ongkang-ongkang kaki ngeliatin doang? terus nanti kerjaannya cuma bikin soal doang?
terus guru yang tugasnya mencerdaskan anak bangsa akan beralih menjadi guru sebagai pembuat soal anak bangsa...
---Sistem pukul rata....
sistem yang murid belajar sendiri juga tidak dibenarkan melepas murid-murid sepenuhnya."mereka"seharusnya tetap memberikan materi sehingga dapat memicu keingintahuan murid agar bangkit sehingga ada keingininan mempelajari hal tersebut.
Pikir aja!!!dipukul rata gua rasa lebih efektif kalo digunakan di pelajaran yang bukan hitung-hitungan,INGAT YANG BUKAN HITUNG - HITUNGAN!!! karena yang berkaitan dengan hitung-hitungan membutuhkan hafalan,penalaran,pemahaman,dan pengaplikasian.tidak seperti yang non hitung-hitungan yang cuma hafalan,pemahaman dan pengaplikasian.Masa anak kecil atau remaja yang bagian penalaran materinya mau dilepas ? belajar di bimbel? kalo gitu aja bubarin sekolahan belajar sana ke bimbel!!
Nah kasian juga yang bagian ini anak jurusan Teknik.....Kan mau ada pasar bebas ASEAN,padahal kalo mau dapet sertifikat atau bisa setara untuk bekerja secara bebas atau internasional,
khusus untuk jurusan teknik arsitektur persyaratan minimal pendidikannya 5 tahun,nah loh padahal sistem kita kan kan dipukul rata jadi 4 tahun selesai??(beda arti kalo yang ga lulus-lulus loh! )
tapi untungnya ada IAI,tapi kayaknya hanya beberapa perguruan yang bisa mudah ke sana untuk menambah yang satu tahun lagi....
balik lagi......
terus yang menjadi tulang punggungnya,yaitu pemerintahannya harus sungguh -sungguh.karena bagaimanapun tanpa tulang punggung tubuh juga engga akan bisa tegak.ya kan?